PRIME BLEND Co

Kami melihat dalam perkembangan kami, ada peluang besar lain yang belum kami garap : melayani konsumen menengah atas. Oleh karena itu, kami juga sudah memikirkan dan meluncurkan konsep baru kerjasama dengan brand PRIME BLEND Co.PRIME BLEND.Co adalah MISTERBLEK Premium Blended Coffee. Keterangan lebih lanjut silakan klik >>> prospektus Prime Blend.
"With every experience, you alone are painting your own canvas, thougth by thought, choice by choice" by Oprah Winfrey
Jalan Yang Tidak Kutempuh (The Road Not Taken)

Dua jalan bercabang dalam remang hutan kehidupan
Dan sayang aku tidak bisa menempuh keduanya
Dan sebagai pengembara, aku berdiri lama
Dan memandang ke satu jalan sejauh aku bisa
Ke mana kelokannya mengarah di balik semak belukar;

Kemudian aku memandang yang satunya, sama bagusnya,
Dan mungkin malah lebih bagus.
Karena jalan itu segar dan mengundang
Meskipun tapak yang telah melewatinya
Juga telah merundukkan rerumputannya;

Dan pagi itu keduanya sama-sama membentang
Di bawah hamparan dedaunan rontok yang belum terusik
Oh, kusimpan jalan pertama untuk kali lain!
Meski tahu semua jalan berkaitan,
Aku ragu akan pernah kembali.

Aku akan menuturkannya sambil mendesah
Suatu saat berabad-abad mendatang;
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku----
Aku menempuh jalan yang jarang dilalui,
Dan itu mengubah segalanya.

Robert Frost [1916]

JARINGAN OUTLET KAMI ada di KOTA :

Banda Aceh - Medan - Jambi - Prabumulih - Baturaja - Jakarta - Depok - Tangerang - Bekasi - Pamanukan - Sukabumi - Bandung - Kuningan - Semarang - Yogya - Solo - Kediri - Surabaya - Bali - Makassar - Samarinda - Balikpapan - Pontianak - Irian Jaya

Misterblek Blended Coffee

26 November 2009

Mengapa usaha saya "serasa" tidak berkembang

Dalam perjalanan ke berbagai kota -mencoba- berbagi pengalaman banting setir dari orang kantoran dengan fasilitas wah dan menunggu gaji tiap bulan, menjadi seorang "tukang roti dan tukang kopi" dengan fasilitas apa adanya dan penghasilan "tak menentu" : saya banyak bertemu satu tipikal orang.

Mereka adalah para pengelola atau pemilik usaha, yang kesulitan mengembangkan usahanya, bahkan tak sedikit diantara mereka hampir tutup.

Pertanyaan yang tipikal pula : Lalu di mana salahnya.

Ijinkan saya sedikit berbagi.

PERTAMA, tak sedikit diantara rekan-rekan di atas menjalankan usaha atau bisnis tidak berdasar rasa senang atau rasa suka. Mereka menjalankan itu karena menganggap kegiatan itu adalah satu-satu cara untuk bisa menghasilkan uang, guna memenuhi kebutuhan.

Alhasil, yang mereka lakukan semata karena "terpaksa". Karena terpaksa, tak banyak hal baru terpikirkan, tidak ada inovasi, rutin dan ujungnya bisnisnya begitu-begitu saja. Dalam banyak pertemuan, rata-rata saya ketemu orang sukses, karena mereka punya "passion" terhadap hal yang mereka geluti.

Contoh : baru-baru ini, saya bertemu seorang anak muda -mas Pur, namanya- pengusaha sukses pemilik Bakso Sukowati di baturaja. Bakso ini termasuk legendaris di sana. Dia sudah memulai berjualan bakso 15 tahun lalu, hingga -paling tidak secara materi- di baturaja, dia masuk kalangan atas. Yang menakjubkan buat saya, setiap kali kami bertemu dan ngobrol di warung baksonya, dia selalu antusias bercerita soal bakso, sambil -dengan lahap- makan bakso...seolah sudah tahunan tak makan bakso. Luar biasa.

Passion-nya pada bakso inilah -yang saya duga- yang membawanya memiliki 6 cabang warung bakso di luar kota Baturaja.

KEDUA, umumnya mereka hanya melakukan "selling" tak dilengkapi dengan "marketing". Jaman sudah maju sedemikian rupa. Barang sehebat dan secanggih apapun, bisa ditiru dengan mudahnya. Salah satu yang membuatnya berbeda adalah "brand". Brand adalah salah satu "hasil" proses marketing. Para "legacy" biasanya -dulu- membangun brand dalam waktu puluhan tahun, tapi seiring kemajuan media, waktu yang lama itu bisa di-by pass.

Dalam proses marketing, ada satu unsur yang sangat berpengaruh : yaitu "citra" atau "image". Kalau kita punya produk makanan dengan rasa pas-pasan, maka bersibuklah membangun image/citra pelayanan baik, bersih dll untuk menutupi kelemahan soal rasa yang pas-pasan itu.

Umumnya, kita sibuk "selling" aja, sekedar menjual. Hanya sibuk "menawarkan" bukan "menarik". Berorientasi terlalu ke dalam (produk, pembuat dll) bukan keluar (market).Teori soal marketing sangat banyak, bahkan diajarkan ber-semester-semester di sekolah-sekolah. Tapi marketing juga soal "feeling" dan "praktek".

Saya punya juga contoh termutakhir. Saya kebetulan bertemu dengan pemilik pempek dan tekwan legendaris di kota Baturaja baru-baru ini. Pempek 88. Sudah dua generasi pempek ini jadi legenda, karena rasa dan kualitasnya. Tapi melihat kondisi sang pemilik dan warungnya, sungguh kontras. Seharusnya, Pempek 88 -secara bisnis- bisa lebih besar dari Bakso Sukowati. Ini soal nasib? TIDAK. Pempek 88 tidak me-marketing-kan bisnisnya, dia hanya "berjualan" pempek. UNTUK hal ini kita bisa banyak berdiskusi.

KETIGA, orientasinya hanya uang. Melakukan semua hal demi uang semata -sejauh pengalaman saya- ternyata lebih banyak memberi "keburukan" dibanding "kebaikan". Banyak teman-teman kita tergiur dengan hitungan bisnis di atas kertas yang prestisius. Bujukan itu membuat kita TIDAK FOKUS. Bujukan "untung besar" selalu menggoda. Padahal, menurut saya pribadi lho, jalankan usaha karena kita senang, karena kita bisa banyak teman, karena kita bisa banyak jalan-jalan bertemu banyak orang : maka InsyaAllah uang akan datang.

Satu hal : penyakit TIDAK FOKUS ini sudah banyak menghancurkan banyak orang. Bangun usaha dengan mengikuti "tahapannya", saya pribadi selalu yakin " TIDAK ADA SHORTCUT" yang kita bisa lakukan adalah "AKSELERASI".

Lebih hebat lagi (dan ini adalah mimpi terbesar saya) bila kita menjalankan usaha agar kita bisa banyak berbagi : membagi rejeki pada karyawan, mitra bisnis dan orang lain di luar sana yang barangkali tak pernah kita kenal sebelumnya. Berbagi tak cuma uangnya, tapi juga ilmu serta pengalamannya.

Bila anda jenuh bekerja di kantor...maka jangan keluar karena semata karena ingin memulai sebuah usaha. Tapi, mulailah sesuatu karena kita senang, sesuatu itu bisa berkembang memberi manfaat; sehingga pada waktunya kita bisa meninggalkan hal yang tak kita senang.

Maka, bila usaha anda "serasa" tak berkembang, begitu-begitu saja...saran saya ber-refleksi-lah. Siapa tahu, analisa bodoh saya ada benarnya...

Salam sukses !
(Tulisan dari Bapak Basri Adhi)

Tidak ada komentar: